February 24, 2013

Are you sure enough that you're tired?

Yang namanya hidup, pasti muter-muter. Nggak ada habisnya kalau ngomongin soal hidup. Apalagi setiap harinya. Kadang banyak kejadian yang bikin ngeluh, yang bikin kita bilang kalau kita lelah. Aku juga gitu, kok. Buat bilang lelah itu gampang, kok. Mengutarakan semua yang membuat kita lelah juga gampang. But, are you sure enough to say that you're tired?  Coba, deh, liat mereka sebentar.

Mereka mungkin anak-anak dari sekian banyak yang kehilangan hak-haknya. Dengan umur yang semuda itu, mereka sudah ngerasain gimana kerja keras, gimana dilecehkan orang, dianggap hina. Padahal mereka benar-benar sama seperti kita. Mereka mungkin ingin sekolah, ingin belajar, ingin ngerasain berbagi bekal dengan teman-teman, ingin ngerasain rasanya ulangan yang membuat kita mengeluh habis-habisan. Tapi, kita yang tanpa perlu bekerja keras pun masih mengeluh dengan rasa lelah yang nggak sebanding dengan rasa lelah mereka. Mereka lelah, jauh lebih lelah. Coba bayangkan, bagaimana mereka dari pagi sampai malam harus bekerja. Ada yang menjajakan koran, menyanyi di sepanjang jalan, bahkan berjalan di bawah panas matahari. Mereka jauh lebih baik dari kita yang masih mampu merasakan rasanya sekolah, merasakan makanan yang layak, dll. Mereka jauh lebih baik. Coba tebak mengapa? Karena mereka jauh lebih bersyukur. Seberapa banyak recehan yang mereka dapat, mereka bersyukur. Berharap receh-recehan tersebut bisa menjadi harta mereka yang paling berharga hingga mereka bisa bertahan hidup.

Aku malu, malu sama Tuhan. Karena dengan sombongnya mengeluh bahwa aku lelah. Lelah atas semuanya. Tapi, begitu aku melihat seorang bapak separuh baya di pinggir jalan sekitar jam setengah sebelas malam, aku terenyuh. Bukan karena keadaannya, tapi karena sudah larut malam beliau masih menjajakan buah-buahan di dalam keranjang yang masih banyak. Dengan sabar beliau menunggu. Meskipun dari jauh, aku tetap bisa melihat dengan jelas, beliau berdzikir. Tanpa bantuan tasbih, beliau menggunakan tangannya untuk bertasbih. Memohon pada Tuhan agar ada seseorang yang dengan kerendahan hatinya membeli buah-buahan tersebut.

Jujur, aku benar-benar terenyuh, terharu. Benar-benar malu. Malu sama Tuhan, terlalu mudahnya aku mengeluh. Kita semua sama, terlalu jahat untuk mengeluh sama Tuhan tanpa melihat bagaimana keadaan mereka. Oleh karena itu, kita sama-sama belajar bersyukur. Aku juga belajar bersyukur. Karena sebenarnya, yang diberi Tuhan untuk kita itu sudah lebih dari cukup. Lebih dari apa yang kita butuhkan. Kenapa ngga meluangkan waktu, mencoba berterimakasih, sebentar saja? Atas semua yang Dia beri untuk kita, atas setiap nafas yang kita rasakan setiap harinya, setiap kita bangun. Karena, masih banyak yang tidur di jalanan dengan beralaskan aspal, masih banyak yang mengoyak-koyak tempat yang kumuh untuk mencari makan yang mungkin sudah tidak layak untuk di konsumsi, masih banyak yang berjuang melewati cobaan yang mereka hadapi setiap harinya. Jadi, kalau kalian mengeluh bahwa kalian lelah, apa kalian benar-benar yakin bahwa kalian lelah?



Well, I have my own decision. Segala sesuatunya pasti memerlukan keputusan, pilihan. Setiap orang mempunyai jalannya masing-masing. Aku sudah memilih jalannya. Sudah menentukan dan memikirkan setiap resikonya. Tetapi, aku disini seperti terdiam. Tidak tau apa aku telah memilih jalan yang salah atau benar. Hanya berharap saja aku dapat meyakinkan Tuhan bahwa aku memang memilih jalan yang benar-benar aku inginkan. Rasanya seperti ingin kembali. Siapa, sih, yang tidak mau kembali ke saat-saat yang paling mereka inginkan? Tapi sama saja seperti mengembalikan kertas yang telah terbakar seperti semula, mustahil. Aku cuma kangen, kangen semuanya.

January 29, 2013

Differences Are Not a Problem


Tuhan menciptakan 2 makhluk yang berbeda yaitu pria dan wanita.
Dan mereka dipasang-pasangkan oleh Tuhan.
Dibiarkan hidup berdampingan.

Pria diamanahkan seorang wanita, untuk dijaga dan dilindungi sebagaimana mestinya.
Wanita menunjukkan rasa kesetiannya, sedangkan pria menunjukkan tindakan-tindakan layaknya mengupayakan wanita untuk tetap berada di sisinya.
Setahu saya, seorang pria tidak pernah benar-benar mempermainkan seorang wanita. 
Apabila pria telah memantapkan hatinya pada seorang wanita, maka selama apapun dia akan tetap berusaha memantapkan hatinya.
Pria bukan cepat menyerah dengan keadaan. Tetapi, pria tidak pernah bisa memantapkan hati tanpa keyakinan yang mendorongnya. 
Alhasil, para pria dianggap mudah menyerah dalam hal menunggu seorang wanita.
Berbeda dengan wanita, apabila wanita sudah memantapkan hatinya pada seorang pria, maka akan tetap mantap meskipun tidak ada keyakinan yang mendorongnya. Selama apapun itu.
Katanya, sih, pria tidak pernah mengetahui apa yang wanita mau. 
Lantas, apakah kalian tau sesuatu yang tak terjabarkan?
Itulah mengapa pria selalu memakai logika sedangkan wanita memakai perasaan.


"Rasional bukan berarti harus lempar perasaan jauh-jauh; dan pake perasaan juga bukan harus buang logika dalam-dalam." @annsrzka


Pria dan wanita akan selalu berbeda. Saling mempunyai opini yang berbeda atas apa yang mereka rasakan.
Tetapi perbedaan diciptakan bukan untuk menghilangkan persamaan, namun diciptakan untuk mempersatukan.
Tanpa adanya perbedaan, manusia tidak akan mungkin mengerti satu sama lain.
Pria dan wanita diciptakan dengan perilaku dan sifat yang beragam.
Ada pria yang pemarah, egois; kemudian disandingkan dengan wanita yang sabar, dan selalu peduli.
Ada juga wanita yang cuek, namun apa adanya; kemudian disandingkan dengan pria yang penuh perhatian, dan tulus.
Jika perbedaan tidak pernah ada, akan selalu ada api yang dilawan dengan api.
Tidak pernah berujung hingga tidak ada yang mau memadamkan api nya.



"......pria diamanahkan seorang wanita untuk dijaga dan dilindungi sebagaimana semestinya. Tanpa harus memperhitungkan jangka waktu wanita tersebut diamanahkan."

January 27, 2013


Aku cuma ingin minta sama Tuhan, aku udah cukup bahagia, dengan orang-orang yang memang diperuntukkan untuk aku. Dengan orang-orang yang sepertinya akan selalu ada. Aku cuma mohon, kalian semua tetap disini. Jangan pernah pergi.

January 22, 2013

Don't judge the book from its cover?


Kata orang-orang, sih, "Don't judge the book from the cover."

Nah, ternyata quote itu pas banget bagi orang-orang yang suka men-judge orang lain. Meskipun ngga kenal, tetep aja di-judge.. Semua orang juga pasti begitu, termasuk saya. Nge-judge orang lain itu seperti sikap dasar, pasti semua orang pernah nge-judge orang lain, entah dari sikap/perilaku, omongan, dsb. Tapi yang saya mau share bukan itu.. Cuma lagi sedikit mikir. Memang, sih, quote tadi cuma perumpamaan. Tapi coba dipikir-pikir lagi, siapa coba yang mau beli buku ber-cover tidak menarik? Misalnya, covernya acak-acakan, atau kurang jelas, atau malah kurang nyambung sama judul bukunya. Kita nggak akan tertarik sama sebuah buku, kalau dari luarnya aja kurang menarik untuk dilihat, untuk lihat aja nggak mau, gimana untuk membaca sinopsisnya? Intinya, seperti manusia. Siapa, sih, yang mau kenal dengan orang yang dari luar terlihat acak-acakan, dan nggak jelas? Walaupun hatinya sebaik malaikat langit ke-23 pun, tetap aja penampilan juga penting. Penampilan yang menunjukkan diri kita sendiri. Kalau dari luar terlihat baik, pasti dalamnya adalah refleksi dirinya, sama-sama baik. Mungkin, quote yang sebenarnya adalah; "The real good book, is a book which is proper to be read by people and interest people. Not only from the cover, but also from the contents of the book."

Jadi, kesimpulannya, jadi manusia jangan baik dari dalamnya aja, tapi dari luar juga. Karena jaman sekarang, sih, yang semu susah dilihat sama manusia-manusia sekarang. Walaupun kamu tau kamu orang yang baik, tapi kalau kamu nggak menunjukannya, orang juga mana tau. Kamu tau kamu adalah orang yang baik itu belum cukup. Oke, ini nggak penting, hasil pemikiran orang absurd.

January 2, 2013

We Have Choices, Right?


Bukan tidak mungkin aku mengira aku tidak mempunyai pilihan detik ini. Aku mengerti, tiap orang selalu mempunyai pilihan. Kalian pernah, kan, ditempatkan pada situasi yang mengharuskan kalian untuk memilih pilihan yang ada di depan kalian, atau tidak bisa memilih apa yang seharusnya kalian pilih. Aku tau, aku memang akan selalu punya pilihan. Tapi, bukankah lebih baik lagi kalau mengetahui akibat atau keuntungan suatu pilihan? I wish I could. 

Aku bukan dengan sengaja melakukan ini semua. Aku cukup paham bahwa ini semua adalah pilihan yang sudah aku pilih. Tapi, boleh, kan, kalau aku menyesal dengan pilihan yang aku pilih? Karena aku tidak tau, akibatnya akan sesakit ini. Aku memang boleh menyesal, but I’m not that weak. Aku masih bisa, kok. Kalau ada persentase di game-game action, sih, energiku masih 85%. Masih cukup kuat untuk menampungnya. Jadi, sebenarnya aku tidak perlu khawatir dengan diriku sendiri. Karena menentukan pilihan seperti memanjat tebing yang sangat tinggi. Apabila kamu tau batu mana yang kuat untuk kamu panjat, kamu akan sampai ke puncak. Tetapi apabila kamu memilih batu yang tidak begitu kuat untuk kamu panjat, maka kamu akan terjatuh, lebih sakit dari apa yang kamu bayangkan dari kata “jatuh”.

November 22, 2012

Because it's our dreams.


"No matter how long it takes, how far your step is, how big your fear is, and how strong your effort is, you'll try to reach your dreams. Because it's your dream. Either you close your eyes or open them, you'll always try to go. Try to reach your dreams. Because, it's your real dreams."

Hidup sama saja seperti saat kita berdiri dengan mata terpejam. Seperti takut. Takut ada yang menghadang, takut mendapat pukulan, ataupun takut mendapati orang-orang menertawakan kekurangan kita. Namun, kita tidak pernah takut untuk bermimpi. Menurut orang-orang, apabila mata kita terpejam, kita akan lebih mudah memakai imajinasi kita. Dan bermimpilah. Bermimpi seolah-olah itu akan menjadi nyata. Seolah-olah, people won't be able to destroy our dreams. Tidak akan ada yang menertawakan kita, ataupun memandang dengan pandangan keji. Karena kita sedang terpejam, karena kita memberanikan diri untuk terus melangkah, walaupun terkadang ketakutan kita seribu kali lipat lebih besar daripada langkah kita.


Tapi kita harus terus melangkah.

Namun, hidup seperti berlari mengelilingi dunia yang indah, dengan mata terbuka, tentunya. Sangat indah. Terlalu indah hingga kita tidak ingin berhenti. Dan kita tetap harus bermimpi. Sama saja dengan kita berada di sebuah ruangan yang gelap gulita, dan kita terus berlari, mencari arah atau celah, ataupun cahaya, hanya untuk membimbing arah kita, menuju tujuan kita. Walaupun dengan mata terbuka, kita tidak pernah takut melihat orang-orang menertawakan kita. Apalagi memberi pukulan. Karena kita bisa tidak memperdulikannya. Dengan mata terbuka, kita dapat melihat semua tantangan yang akan kita hadapi. 

Dan teruslah melangkah, sampai cahaya itu terlihat.

November 17, 2012

But I won't give up tomorrow.


They say, nothing's too late.
It's never too late to stop regretting about something or someone that ruins your life. But I disagree. Maybe it's true, I will be able to stop regretting it, but I won't be able to stop remembering it. I can't stop hoping everything will come back, sooner or later; the time, things, people. I just need someone who tells me that everything will be alright. If I could change everything, I would. The truth is, the things had already happened. And I can't change it. However, people always wish that they're possible to change everything. Including me. But 'change' doesn't mean 'fix'. It's useless to change a thing but not going to fix it.

And sometimes I give up.


But I don't give up to be strong. I always tell my self that I'm supposed to be strong. But I'm a human. It's okay to feel tired, isn't it? I know I should fix everything, I should fix myself. Because it's not enough to change a thing without fix it, like I said before. But sometimes I give up. I give up to keep wanting about things which will never come back. About things which I missed. I give up, but I'm still trying. Life's too short to worry about un-fix-able things. But life's too precious to give up too fast. Is it too fast to give up? After all those fuckin' things I have got? I may give up today, but I won't give up tomorrow.