November 22, 2012

Because it's our dreams.


"No matter how long it takes, how far your step is, how big your fear is, and how strong your effort is, you'll try to reach your dreams. Because it's your dream. Either you close your eyes or open them, you'll always try to go. Try to reach your dreams. Because, it's your real dreams."

Hidup sama saja seperti saat kita berdiri dengan mata terpejam. Seperti takut. Takut ada yang menghadang, takut mendapat pukulan, ataupun takut mendapati orang-orang menertawakan kekurangan kita. Namun, kita tidak pernah takut untuk bermimpi. Menurut orang-orang, apabila mata kita terpejam, kita akan lebih mudah memakai imajinasi kita. Dan bermimpilah. Bermimpi seolah-olah itu akan menjadi nyata. Seolah-olah, people won't be able to destroy our dreams. Tidak akan ada yang menertawakan kita, ataupun memandang dengan pandangan keji. Karena kita sedang terpejam, karena kita memberanikan diri untuk terus melangkah, walaupun terkadang ketakutan kita seribu kali lipat lebih besar daripada langkah kita.


Tapi kita harus terus melangkah.

Namun, hidup seperti berlari mengelilingi dunia yang indah, dengan mata terbuka, tentunya. Sangat indah. Terlalu indah hingga kita tidak ingin berhenti. Dan kita tetap harus bermimpi. Sama saja dengan kita berada di sebuah ruangan yang gelap gulita, dan kita terus berlari, mencari arah atau celah, ataupun cahaya, hanya untuk membimbing arah kita, menuju tujuan kita. Walaupun dengan mata terbuka, kita tidak pernah takut melihat orang-orang menertawakan kita. Apalagi memberi pukulan. Karena kita bisa tidak memperdulikannya. Dengan mata terbuka, kita dapat melihat semua tantangan yang akan kita hadapi. 

Dan teruslah melangkah, sampai cahaya itu terlihat.

November 17, 2012

But I won't give up tomorrow.


They say, nothing's too late.
It's never too late to stop regretting about something or someone that ruins your life. But I disagree. Maybe it's true, I will be able to stop regretting it, but I won't be able to stop remembering it. I can't stop hoping everything will come back, sooner or later; the time, things, people. I just need someone who tells me that everything will be alright. If I could change everything, I would. The truth is, the things had already happened. And I can't change it. However, people always wish that they're possible to change everything. Including me. But 'change' doesn't mean 'fix'. It's useless to change a thing but not going to fix it.

And sometimes I give up.


But I don't give up to be strong. I always tell my self that I'm supposed to be strong. But I'm a human. It's okay to feel tired, isn't it? I know I should fix everything, I should fix myself. Because it's not enough to change a thing without fix it, like I said before. But sometimes I give up. I give up to keep wanting about things which will never come back. About things which I missed. I give up, but I'm still trying. Life's too short to worry about un-fix-able things. But life's too precious to give up too fast. Is it too fast to give up? After all those fuckin' things I have got? I may give up today, but I won't give up tomorrow.


November 13, 2012

Cause you had a bad day.



2 days left, it was totally bad days.
Seandainya aku bisa berteriak kencang, hanya untuk membuat dada ini tidak sesak lagi, aku ingin. Kata orang, hari buruk itu selalu ada, dan pastinya dibalik hari buruk, ada hari yang menyenangkan. Dua hari kemarin terlalu berat. Bukan karena orang-orang di dalamnya yang ikut andil membuat hariku menjadi tidak sebaik yang aku harapkan. Tapi karena aku merasa orang-orang tersebut tidak benar-benar disana. Sepi, seperti sendiri. Seperti...menghilang. Seperti tidak ada yang akan pernah mengerti.


Sometimes the system goes on the blink

And the whole thing turns out wrong
You might not make it back and you know
That you could be well oh that strong
And I'm not wrong


November 10, 2012

Past or Past?


Some people through their life despairingly. Aku menganggap bahwa sesuatu yang terjadi di masa lalu seharusnya dikenang, mungkin momen-momen terbaik saja yang memang pantas untuk dikenang. Aku belum bisa mencerna, mengapa yang dinamakan 'masa lalu' bisa mempengaruhi masa yang kita lalui sekarang. Everything that happens now, depends on the past. Kalau dipikir-pikir, sih, terlalu lucu untuk menganggap yang lalu tetaplah lalu. Karena bukan tidak mungkin kita menganggapnya belum berlalu. Yang 'bermasalah' bukan masa lalu-nya, tetapi momen yang terjadi waktu itu.

Memorizing all the beautiful moments is the best thing people always do. Saking the best-nya, rasanya itu pingin punya remote yang bisa nge-pause, play, dan skip semaunya. Karena mengenang hal yang indah itu wajib, karena jelas tidak ada momen yang terulang dengan sama persis. But, remembering all the painful moments as fuckin' horrible as it seems. Rasanya itu seperti habis buat minuman yang masih panas, terus ketumpahan, tepat di permukaan kulit. Perih. 

Terlalu perih hingga sulit untuk menyembuhkannya.

November 8, 2012

November 3, 2012

Before I Fall (Lauren Oliver)


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvB3UI7KcoF0PCvuyQps0bqvut35V0bzocNYzLbRYw-T_MjLGLlvPO6iaeC3ACRXDtE87kLD0cA9V2-qUWWU42JH91TCPGXQOvRdYsYO-VyCL3K8yUFpYwlMP2_VAHfHBwb7TQOK5tPYAc/s1600/41et90XkLsL.jpg
Such an amazing book ever from Lauren Oliver actually. This is a highly recommended book in this year! It has been driving me crazy for 3 weeks and I can't even put it down. It's fuckin' awesome and I hope that it will be a movie. After I read this book, I always think about "if there's no tomorrow..." and it'll make my life better, because I know that I have to make my life useful for others. You guys should read it! Check this out, Lauren Oliver's Website

Synopsis:

What if you only had one day to live? What would you do? Who would you kiss? And how far would you go to save your own life?


Samantha Kingston has it all: looks, popularity, the perfect boyfriend. Friday, February 12, should be just another day in her charmed life. Instead, it turns out to be her last.

The catch: Samantha still wakes up the next morning. Living the last day of her life seven times during one miraculous week, she will untangle the mystery surrounding her death--and discover the true value of everything she is in danger of losing.


October 17, 2012

Sleeping With Sirens!


http://userserve-ak.last.fm/serve/_/74239448/Sleeping+With+Sirens+SleepingWithSirens.png 



Omgggg:'))))))  Actually, I'm totally love all of their songs. A hardcore band, and this band was formed in 2009. With Ears to See and Eyes to Hear is highly recommended! You have to hear it:-)



http://fc02.deviantart.net/fs71/i/2012/160/0/5/sleeping_with_sirens_by_braaandy-d52wix2.jpg 

http://fc01.deviantart.net/fs71/f/2012/232/4/d/sleeping_with_sirens_wallpaper_by_hardyacarrest-d5bt47t.png 

http://sharecovers.com/images/399-logo-sleeping-with-sirens-facebook-cover.jpg

October 16, 2012


Kata orang-orang, untuk menjadi tidak perduli itu mudah. Mungkin, tapi bagiku tidak. Rasanya seperti harus mengerti sesuatu, tapi cuma bisa memendam. Aku bisa saja terlihat palsu karena tidak mau perduli.  Tapi kumohon, sesulit inikah untuk mencoba tidak memperdulikan hal yang paling kamu perdulikan?

October 6, 2012

No One is Perfect, God is


     Have you ever seen a man who doesn’t think that he’s smart and he feels useless because he can’t do anything for himself and others? Or maybe, have you ever known about a man who believes in God, but always afraid of everything that he never tries? If you haven’t, then I’ve ever. I’ve seen and known that man and that person is my friend. She’s a girl, and maybe I can call her as my bestfriend. She’s smart enough, I think. But she doesn’t has any self-confidence. So, she keeps all that she knows alone. She believes in God, but she doesn’t believe that she can do something which is may help her problem. In my opinion, the ones who don’t believe in theirselves but they say that they believe in God, not really mean it at all. Because, if they believe in God, they’ll believe in theirselves automatically.
     I’ve ever heard about, “No one is perfect, but God is the perfect one.” I think that quote is true. Who’s perfect in this world? Nobody. And if you think that you’re perfect, think twice. Example, maybe there’s a girl who is rich, pretty, smart, etc. But, could you see her own problem? I mean, her own ‘family-problem’? Maybe she’s a broken-home girl, or her parents always fighting everyday. You may guess that person who looks perfect from the outside is a happy person, because you don’t know his/her own problem. I have a friend in my school. She’s pretty, rich, and have many friends. But do you know how smart is she? I think the knowledge in her brain is 0%, LOL. Because she’s always thinking that money is everything. So, she can ‘buy’ her score at school, such a jerk thing, right? And I don’t know why, people who think that they’re perfect, always judge others from their appearance. No one is perfect. Including me, you, our parents, and people.
     So, look at yourself first before judge someone. We-are-not-perfect. You may say that you’re perfect because you have everything. But remember, God is the perfect one. And always be like that. Accept the truth that nobody’s perfect doesn’t mean that you don’t believe in yourself. You may not perfect, but make something perfect. In short, we’re imperfect, but we can make everything becomes perfect.

July 8, 2012

Rewrite: Azmi Lathief



Let me introduce you to, my kind of bestie, Lathifatul Azmi Habiba.

Dikenal baik dengan nama Azmi Lathief dan akrab disapa dengan panggilan Azmik. Ulang tahunnya empat tahun sekali! Aku mulai mengenalnya semenjak dipertemukan di salah satu tempat kursus, tepatnya saat kami menduduki kelas 1 SMA. Sebelumnya, sudah pernah menuliskan tentangnya. Namun, kurasa saat itu aku terlalu mudah menuliskannya disaat aku belum mengenal dia begitu dalam. Jadi, aku memutuskan untuk menuliskannya kembali.

Azmik adalah salah satu orang yang kukenal baik hingga saat ini. Termasuk orang yang kujadikan tempat mengadu suka-duka, bertukar cerita maupun pikiran, berbagi solusi, bahkan tempatku berkaca agar aku bisa sekuat dia. Azmik sosok yang kuat, rendah hati, ulet, juga pekerja keras. Untuk masalah pikiran, sedikit banyaknya, ia hampir mirip denganku. Kami sama-sama "rajin" mengumpulkan pikiran, memikirkannya sampai mengernyitkan dahi. Mungkin kesamaan inilah yang membuatku merasa dia pantas untuk kujadikan seorang sahabat. Kalau kau tanya kesamaan kami yang lain, ya, bisa dibilang kami sama-sama gila. Aku masih ingat dulu menghabiskan waktu dengan tawa-tidak-anggun semasa kami berada di tempat kursus. Rutinitas wajib saat itu adalah menikmati Indomie setelah pulang jam kursus hingga malam. 

Tulisan sebelumnya dibuat pada tahun 2012 dan aku menuliskannya ulang di penghujung tahun 2016. Sudah 4 tahun berlalu sejak kami mulai berteman, semoga bisa bersahabat sampai tua ya, Mik? Bertahun-tahun mengenal Azmik, bukan berarti kami tidak pernah berbeda pemikiran. Sempat mengalami hal tersebut hingga kami menjadi kaku, bahkan seperti enggan ada keinginan untuk memperbaiki. Yang kurasakan saat itu adalah takut semakin memperburuk keadaan. 

Terkadang, memperbaiki sesuatu pun butuh waktu. 

Mungkin benar apa kata orang, kekecewaan paling bisu adalah kecewanya orang rendah hati. Bisa dibilang aku berusaha membuat ia kembali berlaku seperti semula. Tapi, seperti yang kukatakan sebelumnya, bahkan memperbaiki sesuatu juga butuh waktu. Awalnya terlihat sulit, tapi Tuhan berbaik hati, sampai-sampai ia sudah kembali seperti Azmik yang biasanya kukenal. Hal ini membuatku belajar untuk lebih menghargai orang lain. Life is about learn the life-lesson, right?

Lesson learned.

Hal lain yang kuingat dari Azmik adalah caranya me-labelkan dirinya sebagai "The Undesirable". Jangan tanya kenapa, karena beberapa tahun mengenalnya pun aku tidak mampu mengubah keyakinannya bahwa dia berharga untuk semua orang disekitarnya. Bagaimana tidak? Orang-orang disekitarnya terlihat sangat menyayanginya. Bahkan dilihat dari banyaknya relasi yang ia miliki, ia bisa dibilang orang yang menyenangkan untuk dikenal. Banyak yang ingin mengetahui Azmik lebih dalam. Mungkin karena kerendahan hatinya setiap kali teman-temannya berbagi cerita. I'm all ears, itu yang selalu ia katakan kalau-kalau ada yang membutuhkan ia jadi pendengar. Tuh, kan, bagaimana bisa aku mendukungnya menggunakan label "The Undesirable"? Hahaha. Pernah mencoba mengubah pandangannya tentang dirinya sendiri tapi tidak mempan. Bagaimanapun juga, kurasa dia punya alasan tersendiri me-labelkan dirinya. Semua orang pasti punya alasannya sendiri, kan? Bagiku, yang penting dia tahu bahwa aku, dan teman-temannya yang lain, menganggap dia berharga. 

Too precious to wear the Undesirable label.

Sudah jarang ketemu Azmik, banyak cerita masing-masing yang terlewatkan. Mungkin kalau kita ketemu nanti, satu hari nggak cukup untuk saling tukar cerita, ya, Mik? Yah, kapan-kapan kita bisa tukar pikiran lagi sambil ngopi, di Coffee Toffee yang mas-mas disana dulu sampai hafal kalau kita pelanggan terbaik!:))

Nih, kusisipkan foto terbaru dengan Azmik. Kita jarang foto, sekalinya foto kadang-kadang fail. Hahaha tapi nggak apa-apa, itu yang bakal dikenang nanti sewaktu tua. Oh, ya, bagi kalian yang ingin membaca tulisan-tulisan Azmik, kalian bisa mengunjungi blognya: Azmi Lathief. Terima kasih sudah mengajarkan banyak hal, Mik! Jangan ragu untuk membagi sedikit dari otakmu yang penuh itu karena I'm all ears just like what you always do!



[Sarah - Azmik]
4 years being bestie and still counting!

A Girl Must Be...


"A girl must be strong, not weak."

Aku sudah pernah merasakan kebahagiaan, tangis haru, kesedihan, sakit hati, bahkan amarah. Aku sudah pernah mempelajari masalah-masalah dalam hidupku. Mungkin melelahkan. Tidak ada masalah yang tidak melelahkan. Namun seiring berjalannya waktu aku mulai sadar. Problems are challenge. 


And the challenge is: how to solve them by yourself.

Aku berkali-kali jatuh-bangkit-jatuh-dan harus bangkit. Aku mungkin dulu sosok yang menyedihkan. Kalau diingat-ingat, aku mungkin malu sekali jika di harus flashback. Sosokku dulu mungkin sangat kekanak-kanakan. Aku bahkan sering masuk ke dalam masalah-masalah teman-temanku, yang maksudku dalam niat membantu. Mungkin satu tahun yang lalu, atau hanya beberapa bulan yang lalu. Aku merasakan penghinaan luar biasa. Saat itu benar-benar puncaknya aku menjadi anak yang cengeng. Aku menangis, emosiku tidak pernah stabil. Namun aku mulai belajar. Belajar mengendalikan diriku sendiri. Entah kenapa rasanya seperti aku terbangun dari tidur yang panjang dan menjadi seseorang yang baru. Aku jarang sekali menangis satu tahun belakangan ini. Sedih pun hanya kurasakan beberapa kali saja. Mungkin bisa dibilang aku lebih pendiam dari sebelumnya. Dulu, aku sangat peduli terhadap teman-temanku yang sedih-karena-cowok, menangis-karena-berpisah. Tetapi, aku sekarang malah tidak begitu peduli dengan mereka yang menangis-lalu mengutarakannya lewat Twitter-bercerita tentang kronologi kesedihannya. Aku lebih menghargai perempuan yang mampu kuat walaupun banyak sekali masalah yang membuatnya sedih.


Kenapa harus menjadi sosok yang menyedihkan?

Perempuan harus berprinsip kuat. Menjadi sosok yang tegar lebih baik daripada harus menangis dan menceritakan kepada orang lain lalu membuat sudut pandang orang tersebut menjadi 'saya prihatin dengan kamu'. Jangan khawatir, Tuhan memberi masalah sesuai porsinya. Jadilah sosok yang tangguh. Aku memang belum setangguh itu. Tapi aku belajar. Karena sebenarnya seorang perempuan seharusnya adalah sosok yang tegar dan kuat, tidak lemah.


July 6, 2012

What Friends Are For?


Semua orang sudah tau pastinya tentang apa-guna-teman. Teman memang selalu ada. Teman aja selalu ada, bagaimana dengan sahabat? Pasti lebih lebih lebih segalanya & selalu ada. But, sometimes, I hate those sentences. Pembunuhan mental, terutama mind-set. Bagaimana bisa orang-orang mengatakan bahwa teman dan sahabat akan selalu ada disaat kita butuh -'cause that's what friends are for- sedangkan, setiap harinya pasti kita akan bertemu orang-orang baru yang tentunya akan menjadi orang terdekat kita nantinya. Teman atau sahabat tidak selalu ada disaat kita butuh. Mereka semua punya urusan masing-masing. Kadang aku merasa kesepian. Sepi. Kadangpun aku tidak pernah tau adakah yang membutuhkanku. Hanya saja aku berterimakasih dengan Tuhan, karena baru saja aku tau yang mana teman yang menurutku benar-benar ada. Although, mereka tidak selalu ada. Kadang aku benci harus berhadapan dengan mereka yang hanya membutuhkanku saat mereka ada masalah. Tetapi kenapa mereka hilang disaat aku membutuhkan mereka? Bukankah suatu pertemanan membutuhkan feedback? Sering aku ingin membalas mereka, mungkin dengan cara tidak begitu me-respon mereka. Namun, kenapa aku harus kehilangan diriku sendiri dengan menjadi seperti mereka?

"Be nice, be yourself. You don't have to change like them 
just because they don't treat you as you treat them."

July 4, 2012

Hi!

I can't open my last blog, so I think it'll be better if I make the new one. Thx xoxo<3