August 1, 2020

Homesick


Terkadang, aku suka cara Tuhan mendengarkan doaku. Tidak berarti akan selalu dikabulkan. Bagian itu mungkin agak mengecewakan. Tapi, pernahkah kamu merindukan seseorang hingga tidak bisa menyampaikannya? Ketika merindukannya, aku hanya bisa menyampaikannya pada Tuhan. Tahu tidak, bagaimana cara Tuhan mendengarkan doaku? Aku dipertemukan lewat mimpi. Selalu terasa nyata, dan itu cukup bagiku. Aku bisa bertemu dengannya, mengobrol, melakukan hal-hal menyenangkan, yang kini tidak bisa kulakukan. Aku benar-benar merindukannya sampai tidak tahu harus seberapa keras lagi aku menepisnya.

Lucunya, kini segala sesuatu yang ada di dalam diriku selalu membuatku mengingatnya. Mengingat perilakunya, sesuatu yang ia ucapkan, apa yang dilaluinya. Aku melalui setiap kata yang dia ucapkan, setiap rasa yang dia coba ungkapkan. Selalu kembali kepadanya. Membuatku membaca percakapan lama, which makes me missing him deeply. 

Dulu aku impulsif sekali, tidak jarang aku marah dan tidak sabar akan segala sesuatu yang bertentangan. Aku sulit mengontrol emosiku. Aku menuntut orang lain untuk berbicara. Karena menurutku, orang lain tidak akan memahami jika tidak diungkapkan. Aku memaksakan diriku untuk selalu ada setiap kali orang membutuhkanku. 

Sekarang aku mengerti, bahwa ada hal-hal yang tidak bisa diungkapkan. Terlalu sulit karena mungkin orang lain belum tentu memahami dan menerima. Aku mengerti, bahwa perlu ada jeda di setiap kata. Menarik diri untuk berpikir sendirian. Aku mengerti, bahwa aku tidak bisa selalu ada untuk orang lain.

Kini, aku lebih sering diam. Bahkan tidak pernah berbagi cerita dengan teman-teman. Tak jarang mereka salah paham, melihatku sebagai sosok yang berbeda walaupun aku tetap orang yang sama. Aku menyimpan segala sesuatunya sendiri, tetapi harus siap baik-baik saja ketika bertemu orang-orang. Harus tetap menjadi nyawa bagi setiap pertemuan, yang akan terasa hampa kalau belum membuat orang lain tertawa. Berperan sebagai pusat energi, sampai tanpa sadar terserap habis ketika pulang. Aku menjauhkan diri dari orang lain ketika semua hal terasa berat. Menjadi jauh lebih sabar dan tidak melibatkan emosi.

Pernah suatu kali aku ingin kembali menjadi diriku yang sebelumnya. Nyatanya tidak bisa. Hingga akhirnya aku menyadari, bahwa aku sudah "terbentuk" menjadi sosok yang baru. Sosok yang tidak asing bagiku. Satu hal yang ku tahu, bagaimana cara dia membentukku menjadi seseorang seperti sekarang, adalah hal yang patut kusyukuri.

"Selalu jadi dirimu yang seperti ini ya! Yang kuat dan penyabar!"

Pernahkah kamu ingin membenci seseorang karena kehilangannya namun ia justru menjadi bagian di dalam dirimu?

June 21, 2020


nyatanya aku kesulitan. kehilangan tak pernah seperih ini. hampir setiap hari kutepis rasa sakitnya, kubiarkan semakin menjadi mati rasa. tapi selalu ada satu waktu, aku benar-benar hancur merindukannya. sampai aku merasa tidak sanggup bertahan setiap harinya. tak pernah kusangka menyayangi seseorang dan merawat perasaan hingga besar, bisa sangat membunuhku ketika kehilangannya.

"no, we don't," ungkapnya. omong kosong, pada akhirnya semua orang akan selalu pergi.

kenapa selalu meyakinkanku bahwa aku tidak akan pernah sendiri, jika pada akhirnya kamu pun pergi?

April 4, 2020

There's No Such Thing As Birthday


It was couple days ago. I don't know since when it doesn't sound interesting anymore.

Aku bukan tipikal yang sangat mengistimewakan hari ulang tahun. Biasanya, aku mendapat ucapan dari teman-teman, sebagian dari mereka bahkan memberikan bingkisan, adapun yang tidak pernah absen untuk datang memberi kejutan. Here's funny thing about me: I always act cool like I don't care, while in fact I extremely care. Aku akan bersikap santai, seakan-akan itu adalah hal yang wajar. But thing that people don't know is, dalam hati aku tersentuh sekali.

But this year is another story. Selain karena sedang ada pandemi (i wish this ends), aku merasa ada yang hilang. Iya, Mama. Kalau Mama masih ada, beliau pasti heboh membangunkanku di pagi hari dan mengucapkan ulang tahun. Tidak lupa posting di akun Facebooknya, menuliskan doa-doa dan betapa bersyukurnya memiliki anak sepertiku (what do you expect from me, Mom? I'm disappointing). Setelah itu, Mama akan bilang ke Papa bahwa anaknya sedang ulang tahun. Lalu, Papa akan tertawa menyalamiku dan mengucapkannya. Seperti biasa, Papa tidak akan ingat tanggal-tanggal penting. Aku? Tetap bersikap tidak heboh karena aku tidak terbiasa diperhatikan. Entah sejak kapan Mama semangat sekali merayakan hari ulang tahun. Sempat teringat saat aku menginjak umur tujuh belas tahun, Mama membelikanku kue tart. Di saat orang lain sedang heboh-hebohnya membuat pesta Sweet Seventeen, aku justru mendapat kue pertamaku dari Mama dan Papa setelah sekian lama. Aku tidak akan bohong bahwa aku sangat tersentuh saat itu. Karena hanya sebatas itu, orang tuaku bisa menunjukkan rasa sayangnya. Iya, aku dan orang tuaku tidak terbiasa saling menunjukkan kasih sayang. We just know we love each other, and that's enough.

Sekarang aku ingat. Hari ulang tahun bukanlah hal yang spesial lagi bagiku semenjak saat itu. Semenjak 2018, Mama meninggal dunia, 10 hari setelah aku berulang tahun. Aku ingat sekali, tahun itu somehow terasa berbeda. Mama tidak ingat hari ulang tahunku. Mama tidak membangunkanku di pagi hari untuk mengucapkanku. Mama benar-benar tidak ingat. Harusnya saat itu aku tahu, Mama sudah mulai lemah untuk mengingatnya. Harusnya aku sadar, Mama mungkin tidak lama lagi meninggalkanku.

Tetapi tahun ini, jauh lebih buruk dari yang aku duga. Aku merasa sangat kehilangan. Aku merasa sangat sendirian. Terkadang aku merasa bersalah jika menangis setiap malam. Mama pasti sangat sedih melihatku begini. Hal lain yang membuatku sedih adalah, Papa tidak ingat sama sekali. But it's okay, begitulah Papa. Aku berpikir mungkin saja Papa ingat tetapi terlalu gengsi untuk mengucapkannya, mungkin saja Papa ingin mengatakannya tapi tidak bisa, mungkin saja Papa lupa lalu ingat namun sudah terlewat, atau mungkin saja Papa benar-benar lupa. Well, anggap saja ini hukuman untukku yang jauh darinya di saat begini. Hari ini tante dan nenek dari Mama mengucapkan, tampaknya baru teringat. Lagipula, tanggal adalah sesuatu yang sulit untuk diingat, kan, jaman sekarang?

Sudahlah, lagipula aku pun tidak mengistimewakannya. Sudah lama aku tidak berekspektasi lebih untuk hari ulang tahun. Aku hanya merasa sangat... kosong. Bagaimanapun juga, aku sangat berterima kasih kepada mereka yang masih mengingatku. Masih menyempatkan waktunya untuk menyapaku. Terkadang mungkin sikapku terlihat sangat tak acuh, tetapi percayalah, aku sungguh-sungguh menyayangi mereka semua. 

Well, happy birthday, Sarah. Selamat belajar mendewasa lebih jauh lagi. Perjalananmu masih sangat panjang.

March 30, 2020

When Would I?


Hampir setiap malam aku menangisi hal yang tidak kuketahui. Tanpa sebab, selalu mengalir begitu saja jika terasa sakit. Tidak jarang dadaku sesak, menahan suara tangis agar tidak terdengar siapapun. Tapi itu bukanlah alasan untuk menceritakannya ke orang lain. Aku harus tetap terlihat baik-baik saja. Terkadang aku berbohong bila perlu. Jika orang ingin aku bercerita, kukatakan secukupnya. Jika orang mencemaskanku, kutunjukkan bahwa aku tidak apa-apa. Sejauh mereka tau aku baik-baik saja, sudah cukup, kan? Ini caraku untuk meyakinkan diriku sendiri.

Terkadang jika sudah terlalu lama menahannya, kutumpahkan saja sambil tertawa. Menjadikan itu hal yang menarik untuk bahan bercanda bersama teman. Andai saja aku bisa mengatakan bahwa bukan seperti itu respon yang kubutuhkan. Bukan begini inginku mengungkapkannya.

Andai saja aku bisa langsung menangis ketika seseorang bertanya apakah aku baik-baik saja. Andai saja aku tidak perlu tertawa saat seseorang menjawab "nggak ada yang tau, Sar" ketika aku berkata "aku nggak apa-apa gini, lho." Andai saja aku bisa mengakuinya. Andai aku bisa sedikit saja menunjukkan bahwa aku tidak baik-baik saja.

Aku tidak bisa menepis begitu menusuknya menanggung sendiri, begitu pahitnya sakit sendiri. Apakah rasanya harus seperti ini? Terasa perih jauh di dalam sana. Hampir setiap hari selalu terbesit pertanyaan kepada diriku sendiri, "when would you admit that it isn't okay?"


Aku.. sungguh-sungguh merasa kehilangan sosok yang memahamiku tanpa perlu kuungkapkan.


March 25, 2020

Days Without You


I do push-up today, as it isn't my routine, I stop on seventh count. I laugh, wonder if I tell you, you would be laughing too and obviously give me advice of other easy exercises. I automatically remember the way I teased your count while you did push-up on our video call. I go to minimarket, buy some foods and pick six cans of Bear Brand, as you told me to drink it routinely. Getting back to my room and search for some simple recipes so I wouldn't be bored. I checklist several recipes that I want to cook in a week, wonder if I could show you off the result, would you be proud of me? I turn my mind to listen to my currently favorite song, what's yours? Are you still listening to the songs that I like and you play me its guitar? I miss the way you play me Remembering Sunday by All Time Low or My Heart I Surrender by I Prevail. I'm missing that part, always.

I randomly think of how you're doing there. How your day goes on. Are you fine? Sigh. Hoping that reach you out as easy as it seems. 

I peel the orange and eat it. Really want you to know how proud I am of myself for eating fruit! I check my phone and my friends tell me the newest information of our current country situation. Do you know this information too? I hope so. Let's distract my mind over you by playing game. Of course the only game in my phone is Onet. Thanks for recommending this, it really helps to distract me as it's so hard to go on to the next level!

I'm hungry and looking for something to eat. Instant noodle. I always want to ask your permission everytime I want to eat that. I know it isn't necessary, but it always feels like you help me to restrict this. I miss the way I ask you whenever I need to. What kind of variant do I want to cook? I pick the Ayam Bawang but then my eyes see the Soto Mie variant. Ah, I always remember that you like Soto Mie. My mind goes to the day we went to Bogor, searched around for food, we walked through the Soto Mie cart. I offered you but you told me you were bored eating that as you already had it days ago. Then I remember we walked across the street, you wrapped your arm around my neck, ate fried chicken for lunch, took break in mosque, had a good walk and talk at Kebun Raya Bogor. Why can't I get you out of my mind?

It's time to sleep. I spend my every single night hoping that I have the chance to meet you again. I look at the roof and wonder again, would you feel grateful someday that you met me in your life? A never-ending question. 

...and my days without you always goes like this. I also wonder why. I just learn that this is how to love someone in silence.

March 22, 2020

Brutal Truth


i wish i could tell you,
how much it hurts
to spend every single night
crying over your shadow,
missing your presence,
and loving you in silence.