January 29, 2013

Differences Are Not a Problem


Tuhan menciptakan 2 makhluk yang berbeda yaitu pria dan wanita.
Dan mereka dipasang-pasangkan oleh Tuhan.
Dibiarkan hidup berdampingan.

Pria diamanahkan seorang wanita, untuk dijaga dan dilindungi sebagaimana mestinya.
Wanita menunjukkan rasa kesetiannya, sedangkan pria menunjukkan tindakan-tindakan layaknya mengupayakan wanita untuk tetap berada di sisinya.
Setahu saya, seorang pria tidak pernah benar-benar mempermainkan seorang wanita. 
Apabila pria telah memantapkan hatinya pada seorang wanita, maka selama apapun dia akan tetap berusaha memantapkan hatinya.
Pria bukan cepat menyerah dengan keadaan. Tetapi, pria tidak pernah bisa memantapkan hati tanpa keyakinan yang mendorongnya. 
Alhasil, para pria dianggap mudah menyerah dalam hal menunggu seorang wanita.
Berbeda dengan wanita, apabila wanita sudah memantapkan hatinya pada seorang pria, maka akan tetap mantap meskipun tidak ada keyakinan yang mendorongnya. Selama apapun itu.
Katanya, sih, pria tidak pernah mengetahui apa yang wanita mau. 
Lantas, apakah kalian tau sesuatu yang tak terjabarkan?
Itulah mengapa pria selalu memakai logika sedangkan wanita memakai perasaan.


"Rasional bukan berarti harus lempar perasaan jauh-jauh; dan pake perasaan juga bukan harus buang logika dalam-dalam." @annsrzka


Pria dan wanita akan selalu berbeda. Saling mempunyai opini yang berbeda atas apa yang mereka rasakan.
Tetapi perbedaan diciptakan bukan untuk menghilangkan persamaan, namun diciptakan untuk mempersatukan.
Tanpa adanya perbedaan, manusia tidak akan mungkin mengerti satu sama lain.
Pria dan wanita diciptakan dengan perilaku dan sifat yang beragam.
Ada pria yang pemarah, egois; kemudian disandingkan dengan wanita yang sabar, dan selalu peduli.
Ada juga wanita yang cuek, namun apa adanya; kemudian disandingkan dengan pria yang penuh perhatian, dan tulus.
Jika perbedaan tidak pernah ada, akan selalu ada api yang dilawan dengan api.
Tidak pernah berujung hingga tidak ada yang mau memadamkan api nya.



"......pria diamanahkan seorang wanita untuk dijaga dan dilindungi sebagaimana semestinya. Tanpa harus memperhitungkan jangka waktu wanita tersebut diamanahkan."

January 27, 2013


Aku cuma ingin minta sama Tuhan, aku udah cukup bahagia, dengan orang-orang yang memang diperuntukkan untuk aku. Dengan orang-orang yang sepertinya akan selalu ada. Aku cuma mohon, kalian semua tetap disini. Jangan pernah pergi.

January 22, 2013

Don't judge the book from its cover?


Kata orang-orang, sih, "Don't judge the book from the cover."

Nah, ternyata quote itu pas banget bagi orang-orang yang suka men-judge orang lain. Meskipun ngga kenal, tetep aja di-judge.. Semua orang juga pasti begitu, termasuk saya. Nge-judge orang lain itu seperti sikap dasar, pasti semua orang pernah nge-judge orang lain, entah dari sikap/perilaku, omongan, dsb. Tapi yang saya mau share bukan itu.. Cuma lagi sedikit mikir. Memang, sih, quote tadi cuma perumpamaan. Tapi coba dipikir-pikir lagi, siapa coba yang mau beli buku ber-cover tidak menarik? Misalnya, covernya acak-acakan, atau kurang jelas, atau malah kurang nyambung sama judul bukunya. Kita nggak akan tertarik sama sebuah buku, kalau dari luarnya aja kurang menarik untuk dilihat, untuk lihat aja nggak mau, gimana untuk membaca sinopsisnya? Intinya, seperti manusia. Siapa, sih, yang mau kenal dengan orang yang dari luar terlihat acak-acakan, dan nggak jelas? Walaupun hatinya sebaik malaikat langit ke-23 pun, tetap aja penampilan juga penting. Penampilan yang menunjukkan diri kita sendiri. Kalau dari luar terlihat baik, pasti dalamnya adalah refleksi dirinya, sama-sama baik. Mungkin, quote yang sebenarnya adalah; "The real good book, is a book which is proper to be read by people and interest people. Not only from the cover, but also from the contents of the book."

Jadi, kesimpulannya, jadi manusia jangan baik dari dalamnya aja, tapi dari luar juga. Karena jaman sekarang, sih, yang semu susah dilihat sama manusia-manusia sekarang. Walaupun kamu tau kamu orang yang baik, tapi kalau kamu nggak menunjukannya, orang juga mana tau. Kamu tau kamu adalah orang yang baik itu belum cukup. Oke, ini nggak penting, hasil pemikiran orang absurd.

January 2, 2013

We Have Choices, Right?


Bukan tidak mungkin aku mengira aku tidak mempunyai pilihan detik ini. Aku mengerti, tiap orang selalu mempunyai pilihan. Kalian pernah, kan, ditempatkan pada situasi yang mengharuskan kalian untuk memilih pilihan yang ada di depan kalian, atau tidak bisa memilih apa yang seharusnya kalian pilih. Aku tau, aku memang akan selalu punya pilihan. Tapi, bukankah lebih baik lagi kalau mengetahui akibat atau keuntungan suatu pilihan? I wish I could. 

Aku bukan dengan sengaja melakukan ini semua. Aku cukup paham bahwa ini semua adalah pilihan yang sudah aku pilih. Tapi, boleh, kan, kalau aku menyesal dengan pilihan yang aku pilih? Karena aku tidak tau, akibatnya akan sesakit ini. Aku memang boleh menyesal, but I’m not that weak. Aku masih bisa, kok. Kalau ada persentase di game-game action, sih, energiku masih 85%. Masih cukup kuat untuk menampungnya. Jadi, sebenarnya aku tidak perlu khawatir dengan diriku sendiri. Karena menentukan pilihan seperti memanjat tebing yang sangat tinggi. Apabila kamu tau batu mana yang kuat untuk kamu panjat, kamu akan sampai ke puncak. Tetapi apabila kamu memilih batu yang tidak begitu kuat untuk kamu panjat, maka kamu akan terjatuh, lebih sakit dari apa yang kamu bayangkan dari kata “jatuh”.