January 22, 2013

Don't judge the book from its cover?


Kata orang-orang, sih, "Don't judge the book from the cover."

Nah, ternyata quote itu pas banget bagi orang-orang yang suka men-judge orang lain. Meskipun ngga kenal, tetep aja di-judge.. Semua orang juga pasti begitu, termasuk saya. Nge-judge orang lain itu seperti sikap dasar, pasti semua orang pernah nge-judge orang lain, entah dari sikap/perilaku, omongan, dsb. Tapi yang saya mau share bukan itu.. Cuma lagi sedikit mikir. Memang, sih, quote tadi cuma perumpamaan. Tapi coba dipikir-pikir lagi, siapa coba yang mau beli buku ber-cover tidak menarik? Misalnya, covernya acak-acakan, atau kurang jelas, atau malah kurang nyambung sama judul bukunya. Kita nggak akan tertarik sama sebuah buku, kalau dari luarnya aja kurang menarik untuk dilihat, untuk lihat aja nggak mau, gimana untuk membaca sinopsisnya? Intinya, seperti manusia. Siapa, sih, yang mau kenal dengan orang yang dari luar terlihat acak-acakan, dan nggak jelas? Walaupun hatinya sebaik malaikat langit ke-23 pun, tetap aja penampilan juga penting. Penampilan yang menunjukkan diri kita sendiri. Kalau dari luar terlihat baik, pasti dalamnya adalah refleksi dirinya, sama-sama baik. Mungkin, quote yang sebenarnya adalah; "The real good book, is a book which is proper to be read by people and interest people. Not only from the cover, but also from the contents of the book."

Jadi, kesimpulannya, jadi manusia jangan baik dari dalamnya aja, tapi dari luar juga. Karena jaman sekarang, sih, yang semu susah dilihat sama manusia-manusia sekarang. Walaupun kamu tau kamu orang yang baik, tapi kalau kamu nggak menunjukannya, orang juga mana tau. Kamu tau kamu adalah orang yang baik itu belum cukup. Oke, ini nggak penting, hasil pemikiran orang absurd.

January 2, 2013

We Have Choices, Right?


Bukan tidak mungkin aku mengira aku tidak mempunyai pilihan detik ini. Aku mengerti, tiap orang selalu mempunyai pilihan. Kalian pernah, kan, ditempatkan pada situasi yang mengharuskan kalian untuk memilih pilihan yang ada di depan kalian, atau tidak bisa memilih apa yang seharusnya kalian pilih. Aku tau, aku memang akan selalu punya pilihan. Tapi, bukankah lebih baik lagi kalau mengetahui akibat atau keuntungan suatu pilihan? I wish I could. 

Aku bukan dengan sengaja melakukan ini semua. Aku cukup paham bahwa ini semua adalah pilihan yang sudah aku pilih. Tapi, boleh, kan, kalau aku menyesal dengan pilihan yang aku pilih? Karena aku tidak tau, akibatnya akan sesakit ini. Aku memang boleh menyesal, but I’m not that weak. Aku masih bisa, kok. Kalau ada persentase di game-game action, sih, energiku masih 85%. Masih cukup kuat untuk menampungnya. Jadi, sebenarnya aku tidak perlu khawatir dengan diriku sendiri. Karena menentukan pilihan seperti memanjat tebing yang sangat tinggi. Apabila kamu tau batu mana yang kuat untuk kamu panjat, kamu akan sampai ke puncak. Tetapi apabila kamu memilih batu yang tidak begitu kuat untuk kamu panjat, maka kamu akan terjatuh, lebih sakit dari apa yang kamu bayangkan dari kata “jatuh”.

November 22, 2012

Because it's our dreams.


"No matter how long it takes, how far your step is, how big your fear is, and how strong your effort is, you'll try to reach your dreams. Because it's your dream. Either you close your eyes or open them, you'll always try to go. Try to reach your dreams. Because, it's your real dreams."

Hidup sama saja seperti saat kita berdiri dengan mata terpejam. Seperti takut. Takut ada yang menghadang, takut mendapat pukulan, ataupun takut mendapati orang-orang menertawakan kekurangan kita. Namun, kita tidak pernah takut untuk bermimpi. Menurut orang-orang, apabila mata kita terpejam, kita akan lebih mudah memakai imajinasi kita. Dan bermimpilah. Bermimpi seolah-olah itu akan menjadi nyata. Seolah-olah, people won't be able to destroy our dreams. Tidak akan ada yang menertawakan kita, ataupun memandang dengan pandangan keji. Karena kita sedang terpejam, karena kita memberanikan diri untuk terus melangkah, walaupun terkadang ketakutan kita seribu kali lipat lebih besar daripada langkah kita.


Tapi kita harus terus melangkah.

Namun, hidup seperti berlari mengelilingi dunia yang indah, dengan mata terbuka, tentunya. Sangat indah. Terlalu indah hingga kita tidak ingin berhenti. Dan kita tetap harus bermimpi. Sama saja dengan kita berada di sebuah ruangan yang gelap gulita, dan kita terus berlari, mencari arah atau celah, ataupun cahaya, hanya untuk membimbing arah kita, menuju tujuan kita. Walaupun dengan mata terbuka, kita tidak pernah takut melihat orang-orang menertawakan kita. Apalagi memberi pukulan. Karena kita bisa tidak memperdulikannya. Dengan mata terbuka, kita dapat melihat semua tantangan yang akan kita hadapi. 

Dan teruslah melangkah, sampai cahaya itu terlihat.

November 17, 2012

But I won't give up tomorrow.


They say, nothing's too late.
It's never too late to stop regretting about something or someone that ruins your life. But I disagree. Maybe it's true, I will be able to stop regretting it, but I won't be able to stop remembering it. I can't stop hoping everything will come back, sooner or later; the time, things, people. I just need someone who tells me that everything will be alright. If I could change everything, I would. The truth is, the things had already happened. And I can't change it. However, people always wish that they're possible to change everything. Including me. But 'change' doesn't mean 'fix'. It's useless to change a thing but not going to fix it.

And sometimes I give up.


But I don't give up to be strong. I always tell my self that I'm supposed to be strong. But I'm a human. It's okay to feel tired, isn't it? I know I should fix everything, I should fix myself. Because it's not enough to change a thing without fix it, like I said before. But sometimes I give up. I give up to keep wanting about things which will never come back. About things which I missed. I give up, but I'm still trying. Life's too short to worry about un-fix-able things. But life's too precious to give up too fast. Is it too fast to give up? After all those fuckin' things I have got? I may give up today, but I won't give up tomorrow.


November 13, 2012

Cause you had a bad day.



2 days left, it was totally bad days.
Seandainya aku bisa berteriak kencang, hanya untuk membuat dada ini tidak sesak lagi, aku ingin. Kata orang, hari buruk itu selalu ada, dan pastinya dibalik hari buruk, ada hari yang menyenangkan. Dua hari kemarin terlalu berat. Bukan karena orang-orang di dalamnya yang ikut andil membuat hariku menjadi tidak sebaik yang aku harapkan. Tapi karena aku merasa orang-orang tersebut tidak benar-benar disana. Sepi, seperti sendiri. Seperti...menghilang. Seperti tidak ada yang akan pernah mengerti.


Sometimes the system goes on the blink

And the whole thing turns out wrong
You might not make it back and you know
That you could be well oh that strong
And I'm not wrong


November 10, 2012

Past or Past?


Some people through their life despairingly. Aku menganggap bahwa sesuatu yang terjadi di masa lalu seharusnya dikenang, mungkin momen-momen terbaik saja yang memang pantas untuk dikenang. Aku belum bisa mencerna, mengapa yang dinamakan 'masa lalu' bisa mempengaruhi masa yang kita lalui sekarang. Everything that happens now, depends on the past. Kalau dipikir-pikir, sih, terlalu lucu untuk menganggap yang lalu tetaplah lalu. Karena bukan tidak mungkin kita menganggapnya belum berlalu. Yang 'bermasalah' bukan masa lalu-nya, tetapi momen yang terjadi waktu itu.

Memorizing all the beautiful moments is the best thing people always do. Saking the best-nya, rasanya itu pingin punya remote yang bisa nge-pause, play, dan skip semaunya. Karena mengenang hal yang indah itu wajib, karena jelas tidak ada momen yang terulang dengan sama persis. But, remembering all the painful moments as fuckin' horrible as it seems. Rasanya itu seperti habis buat minuman yang masih panas, terus ketumpahan, tepat di permukaan kulit. Perih. 

Terlalu perih hingga sulit untuk menyembuhkannya.

November 8, 2012

November 3, 2012

Before I Fall (Lauren Oliver)


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvB3UI7KcoF0PCvuyQps0bqvut35V0bzocNYzLbRYw-T_MjLGLlvPO6iaeC3ACRXDtE87kLD0cA9V2-qUWWU42JH91TCPGXQOvRdYsYO-VyCL3K8yUFpYwlMP2_VAHfHBwb7TQOK5tPYAc/s1600/41et90XkLsL.jpg
Such an amazing book ever from Lauren Oliver actually. This is a highly recommended book in this year! It has been driving me crazy for 3 weeks and I can't even put it down. It's fuckin' awesome and I hope that it will be a movie. After I read this book, I always think about "if there's no tomorrow..." and it'll make my life better, because I know that I have to make my life useful for others. You guys should read it! Check this out, Lauren Oliver's Website

Synopsis:

What if you only had one day to live? What would you do? Who would you kiss? And how far would you go to save your own life?


Samantha Kingston has it all: looks, popularity, the perfect boyfriend. Friday, February 12, should be just another day in her charmed life. Instead, it turns out to be her last.

The catch: Samantha still wakes up the next morning. Living the last day of her life seven times during one miraculous week, she will untangle the mystery surrounding her death--and discover the true value of everything she is in danger of losing.