Terkadang, aku suka cara Tuhan mendengarkan doaku. Tidak berarti akan selalu dikabulkan. Bagian itu mungkin agak mengecewakan. Tapi, pernahkah kamu merindukan seseorang hingga tidak bisa menyampaikannya? Ketika merindukannya, aku hanya bisa menyampaikannya pada Tuhan. Tahu tidak, bagaimana cara Tuhan mendengarkan doaku? Aku dipertemukan lewat mimpi. Selalu terasa nyata, dan itu cukup bagiku. Aku bisa bertemu dengannya, mengobrol, melakukan hal-hal menyenangkan, yang kini tidak bisa kulakukan. Aku benar-benar merindukannya sampai tidak tahu harus seberapa keras lagi aku menepisnya.
Lucunya, kini segala sesuatu yang ada di dalam diriku selalu membuatku mengingatnya. Mengingat perilakunya, sesuatu yang ia ucapkan, apa yang dilaluinya. Aku melalui setiap kata yang dia ucapkan, setiap rasa yang dia coba ungkapkan. Selalu kembali kepadanya. Membuatku membaca percakapan lama, which makes me missing him deeply.
Dulu aku impulsif sekali, tidak jarang aku marah dan tidak sabar akan segala sesuatu yang bertentangan. Aku sulit mengontrol emosiku. Aku menuntut orang lain untuk berbicara. Karena menurutku, orang lain tidak akan memahami jika tidak diungkapkan. Aku memaksakan diriku untuk selalu ada setiap kali orang membutuhkanku.
Sekarang aku mengerti, bahwa ada hal-hal yang tidak bisa diungkapkan. Terlalu sulit karena mungkin orang lain belum tentu memahami dan menerima. Aku mengerti, bahwa perlu ada jeda di setiap kata. Menarik diri untuk berpikir sendirian. Aku mengerti, bahwa aku tidak bisa selalu ada untuk orang lain.
Kini, aku lebih sering diam. Bahkan tidak pernah berbagi cerita dengan teman-teman. Tak jarang mereka salah paham, melihatku sebagai sosok yang berbeda walaupun aku tetap orang yang sama. Aku menyimpan segala sesuatunya sendiri, tetapi harus siap baik-baik saja ketika bertemu orang-orang. Harus tetap menjadi nyawa bagi setiap pertemuan, yang akan terasa hampa kalau belum membuat orang lain tertawa. Berperan sebagai pusat energi, sampai tanpa sadar terserap habis ketika pulang. Aku menjauhkan diri dari orang lain ketika semua hal terasa berat. Menjadi jauh lebih sabar dan tidak melibatkan emosi.
Pernah suatu kali aku ingin kembali menjadi diriku yang sebelumnya. Nyatanya tidak bisa. Hingga akhirnya aku menyadari, bahwa aku sudah "terbentuk" menjadi sosok yang baru. Sosok yang tidak asing bagiku. Satu hal yang ku tahu, bagaimana cara dia membentukku menjadi seseorang seperti sekarang, adalah hal yang patut kusyukuri.
"Selalu jadi dirimu yang seperti ini ya! Yang kuat dan penyabar!"
Pernahkah kamu ingin membenci seseorang karena kehilangannya namun ia justru menjadi bagian di dalam dirimu?