Coming back with another progress of me! Sedikit demi sedikit menemukan jawaban atas beberapa pertanyaan di otak ku. Mungkin pertanyaannya tidak mengganggu setiap saat, tetapi bisa jadi menghantui kapan saja.
Kenapa aku sangat takut kehilangan orang lain?
Terkadang ini membuatku bingung. Kalau melakukan kilas balik hidup, sebenarnya tidak ada alasan kuat mengapa aku sangat ketakutan. Orang-orang baik di sekitarku masih tetap ada. Ya, meskipun Mama adalah salah satu yang paling berharga, dan aku kehilangan selamanya. Tetapi setidaknya aku masih sanggup bertahan, kan? Apalagi dengan support psikis dari orang-orang sekitar. Kenapa masih takut?
Kalau kupikir, aku takut karena sepanjang hidup sempat mengalami kehilangan dengan berbagai cara yang menyakitkan. Sehingga aku semakin lama semakin "kebal". Ya kita semua pasti pernah mengalami kehilangan. Hanya saja cara dan respon dalam menanggapinya berbeda-beda. Aku kebal, bukan berarti perasaanku mati total, hanya saja aku tidak terlalu menaruh pengharapan lebih yang mungkin dapat berpeluang menyakiti hatiku suatu saat nanti.
Orang-orang di sekitarku masih ada? Iya. Lantas bagaimana membuktikan bahwa ketakutanku mungkin akan terjadi? Bahwa semua orang mungkin saja akan pergi. Mengapa aku setakut itu? Ya... beberapa orang memang telah pergi. Meski tidak terlalu punya makna lebih, tetapi setidaknya mereka berkesan. Mereka pergi dengan cara yang menyakitkan. Tentu saja meninggalkan kesan buruk, kan, meski makna nya tidak dalam?
Kehilangan dalam artian seperti apa?
Awalnya kupikir kehilangan akan selalu berarti pergi. Pergi ke tempat jauh, sosoknya sudah sulit untuk kujangkau. Tapi setelah diresapi, bukan, bukan itu yang kurasakan. Bukan kehilangan yang seperti itu. Takut akan kehilangan itu adalah suatu hal yang... sangat abstrak. Ya, kan? Apa yang bisa kau jelaskan dari hal itu? Sulit sekali mendeskripsikannya.
Hingga akhirnya setelah berdiskusi dengan seorang teman, yang merasakan juga adanya ketakutan yang sama, aku baru paham kalau kehilangan yang kumaksud bukan seperti itu.
Kehilangan; saat sosok ku dapat tergantikan oleh siapapun. Saat aku tidak memiliki makna lagi untuk seseorang. Saat kehadiranku tidak lagi dibutuhkan. Ini ketakutanku yang sesungguhnya. Bagaimana jika orang-orang yang punya makna di hidupku tidak merasakan hal yang sama denganku? Bagaimana jika aku tidak se-berarti itu? Bagaimana jika ada atau tidaknya aku bukanlah masalah besar?
Siapa?
Siapa yang paling kutakutkan untuk pergi? Entahlah, mungkin abstrak juga. Jelas aku paling takut kehilangan orang terdekat yang memiliki makna. Bukankah aku sudah mengatakannya berulang kali? Meski belum terbukti bahwa mereka akan benar-benar pergi.
Temanku bilang, ia juga takut aku pergi. Padahal aku tidak akan pergi. Kenapa? Bagaimana bisa aku dengan enteng menjawab disaat aku juga memiliki ketakutan terhadap semua orang. Ya tapi aku tidak akan pergi. Kenapa? Ya karena aku merasa memiliki deep connection dengannya. Aku menceritakan banyak hal, kekhawatiran, keraguan, ya meskipun tidak semua, tetapi setidaknya aku menceritakan paling banyak kepadanya. Dia pun jadi salah satu teman yang mendengarkan dan mau memahami. Bukan berarti teman-temanku yang lain tidak, hanya saja aku tidak banyak menceritakan hal-hal mendalam, lagi-lagi karena takut menyusahkan.
Adanya deep connection itu yang membuatku merasa tidak mungkin kalau salah satu dari kita pergi, atau saling menggantikan sosok masing-masing. Bukan karena terlalu percaya diri, tapi ibarat sudah menitipkan seperempat bagian dari diri satu sama lain. Bagaimana tidak? Ini bagian dalam diri yang kita bicarakan, kan? Bagian yang tidak mudah untuk dijangkau. Terkubur jauh di dalam diri.
Karena memang tidak mudah untuk sharing hal-hal semacam ini. Lagipula tidak semua orang dapat mengerti.
Lantas apa dasar dari rasa takutnya?
Aku tidak terlalu khawatir bahwa sosok ku akan digantikan karena setidaknya dia tau bagaimana sisi tergelapku, dan dia tetap tinggal. Lalu siapa yang kutakutkan? Orang-orang yang tidak tahu seberapa dalam sisi gelapku. Semua orang punya sisi gelap, kan? Hanya saja melaluinya dengan cara yang berbeda.
Jelas saja aku ketakutan sekali. Aku jarang membagikan hidupku dengan mereka? Aku tidak tahu akankah mereka tetap tinggal. Meski aku sangat yakin mereka adalah orang-orang baik yang sudah menjadi circle-ku. Tapi tetap saja, bagaimana kalau ternyata sosok ku se-menyebalkan itu? Serumit itu untuk dipahami? Lalu dengan mudahnya tergantikan?
Tidak akan ada habisnya jika aku mengulas kemungkinan terburuk.
---
Yah, setidaknya aku menjadi lebih lega sekarang. Sedikit demi sedikit pertanyaan dalam otak ku terjawab. Meski mungkin masih akan ada pertanyaan-pertanyaan lainnya. Tidak mengapa, hidup memang se-mengejutkan itu, kan? Setidaknya aku menuliskan ini agar dapat meresapinya setiap kali mengingatnya. Aku senang.